Apa itu Capaian Pembelajaran Dan Kompetensi

Apa itu Capaian Pembelajaran Dan Kompetensi

Capaian pembelajaran adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar.

Capaian pembelajaran atau learning outcomes adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.

Istilah capaian pembelajaran kerapkali digunakan bergantian dengan kompetensi, meskipun memiliki pengertian yang berbeda dari segi ruang lingkup pendekatannya. Allan dalam Butcher (2006) menjelaskan bahwa banyak terminologi digunakan untuk menjelaskan educational intent, di antaranya adalah; learning outcomes, teaching objectives, competencies, behavioural objectives, goals dan aims.

Menurut Butcher (2006), “aims” merupakan ungkapan tujuan pendidikan yang bersifat luas dan umum, yang menjelaskan informasi kepada siswa tentang tujuan suatu pelajaran, program atau modul dan umumnya ditulis untuk pengajar bukan untuk siswa. Sebaliknya capaian pembelajaran (learning outcomes) lebih difokuskan pada apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa selama atau pada akhir suatu proses belajar. Sedangkan “objectives” cakupannya meliputi belajar dan mengajar, dan kerapkali digunakan dalam proses asesmen.

Kompetensi adalah suatu bentuk capaian pembelajaran, bersifat lebih terbatas. Ketercapaiannya biasanya dinyatakan dengan kompeten atau tidak kompeten, lulus atau tidak lulus, dan bukan dalam bentuk peringkat (grade). Capaian pembelajaran dapat dicapai dalam bentuk berbagai tingkatan, bahkan dengan berbagai cara, dan hasilnya dapat diukur dengan berbagai cara pula, tidak hanya dengan observasi langsung. Bentuk lain dari capaian pembelajaran adalah “behavioural objectives”, dimana pencapaiannya dapat diamati secara langsung.

Capaian pembelajaran menunjukkan kemajuan belajar yang digambarkan secara vertikal dari satu tingkat ke tingkat yang lain serta didokumentasikan dalam suatu kerangka kualifikasi.

Capaian pembelajaran harus disertai dengan kriteria penilaian yang tepat yang dapat digunakan untuk menilai bahwa hasil pembelajaran yang diharapkan telah dicapai.

Capaian pembelajaran, bersama dengan kriteria penilaian, dapat menentukan persyaratan untuk pemberian kredit (Butcher dan Highton, 2006). Akumulasi dan transfer kredit dapat dilakukan apabila terdapat capaian pembelajaran yang jelas untuk menunjukkan secara tepat atas kredit yang diberikan (Gonzale'z dan Wagenaar, 2005). Hal ini mengidentifikasi capaian pembelajaran sebagai tujuan belajar yang terukur. 

Kompetensi berasal dari kata bahasa Latin ‘competere’, yang memiliki arti kesesesuaian. Kompetensi umumnya direferensikan sebagai kesesuaian dengan pekerjaan tertentu (Nordhaug dan Gronhaug dalam Nilsson, 1994). Di bidang pendidikan vokasi dan pelatihan, seseorang dinyatakan kompeten apabila ia dapat secara konsisten menerapkan pengetahuan dan keahliannya ke dalam standar kinerja yang diperlukan di tempat kerja (Department of Education and Training, Western Australia, 2008). Kompetensi yang dicapai seseorang merupakan hasil belajar yang terstruktur dan berjenjang, yang dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Model kompetensi menurut Burke (2005) dapat dikelompokkan ke dalam beberapa model. Model pertama adalah model “input” yang didasarkan pada asumsi mengenai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang (individual attribute). Model ini diasumsikan sebagai konsep model yang memiliki pengertian luas (broaden), di mana kinerja dilihat sebagai elemen yang merupakan ciri-ciri atau elemen isi (ketrampilan, tugas dll.).

Model berikutnya adalah model “outcome” yang didasarkan atas deskripsi aspek karakteristik pekerjaan (work role), atau hasil dari kinerja (outcomes of performance) yang memiliki ciri-ciri antara lain; didasarkan atas deskripsi hasil pekerjaan, interaksi antara ketrampilan teknis dan lingkungan organisasi, dan dinamis terhadap perubahan organisasi dan teknologi. Model lainnya adalah model kompetensi kerja (job competence model).

Model ini didasarkan pada standar input yang sempit yang menekankan deskripsi tugas dan ketrampilan kepada prosedur kerja.

Gonczi dalam Velde (2009) membedakan kompetensi ke dalam tiga konsep dasar, yakni: 1) the ‘behaviourist’ dimana kompetensi dikonsepsikan dalam terminologi perilaku diskrit atau discrete behaviours yang diasosiasikan dengan penyelesaian berbagai tugas; 2) the ‘generic’ yang mengkonsentrasikan pada atribut seperti antara lain critical thinking capacity; dan 3) the ‘integrated’ yang merupakan kombinasi dari pendekatan the ‘behaviourist’ dan the ‘generic’.

Kompetensi menurut Ellstrom dalam Nilsson (2007) merupakan atribut individu/modal insani, berupa kemampuan yang dihasilkan dari semua pengetahuan yang telah diakuisisi oleh seseorang (pengetahuan, afektif dan keterampilan sosial).

Kompetensi dapat juga dinyatakan sebagai "broaden concept, can be transferred into productivity", serta merupakan atribut dari suatu pekerjaan, potensi individu atau kebutuhan tugas (kualifikasi). Kombinasi dari keduanya adalah kompetensi yang benar-benar digunakan di tempat kerja yang merupakan interaksi antara individu dan pekerjaan. 

SUMBER