Tahapan dan Karakteristik Pemerolehan Bahasa Pertama

Tahapan dan Karakteristik Pemerolehan Bahasa Pertama. Ada beberapa tingkatan dalam pemerolehan bahasa pertama pada anak, pemerolehan tersebut terdiri dari enam tingkatan yaitu:

Tahapan dan Karakteristik Pemerolehan Bahasa Pertama

Tingkat membabel (0,0-1,0)

Istilah untuk tingkat membabel ini berasal dari bahasa inggris babbling. Ada yang menerjemahkan dengan menggagah, dan ada pula dengan berleter. Pada prinsipnya masa membabel dibagi atas dua, yakni cooing atau mendekut dan kedua babbling atau membabel. Masa mendekut yang berlangsung dari umur 0,0 sampai dengan umur 0,6 anak membunyikan bunyi-bunyi bahasa sedunia. Bunyi bahasa apapun di seluruh dunia dibunyikan oleh bayi yang berumur kurang dari enam bulan ini. Tetapi pada akhirnya anak tidak mendengar bunyi-bunyi bahasa selain bahasa ibunya sendiri, maka iapun akan membunyikan bahasa ibunya saja.

Masa kedua yang disebut masa membabel itu ialah pada usia 0,6 sampai dengan 1,0. Pada masa ini anak sudah mulai mengarah untuk mengucapkan pola suku kata yang berbentuk Konsonan Vokal (KV).

Tahapan membabel merupakan hasil dari pengembangan keterampilan motorik halus sebagai upaya untuk berkomunikasi. Suara pada tahapan babbling ini tampaknya diperlukan agar bayi dapat mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk dapat menghasilkan ucapan yang koheren diskemudian hari.

Menurut Sefrina (2013:21) pada tahapan prabahasa ini bayi belum dapat mengeluarkan kata-kata yang berarti, seperti menangis atau mengoceh. Bayi menggunakan kemampuannya itu sebagai bahasa abstrak atau isyarat untuk menunjukkan maksudnya. Biasanya orang terdekat seperti ibu atau pengasuh bayi akan memahami simbol-simbol bahasa tersebut dengan memerhatikan tingkah laku bayi saat menangis atau mengoceh.

Masa Holofrase (1,0-2,0)

Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.

Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrase, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga pada tahap berikutknya. Maka perlu diamati dengan benar apa yang sedang dilakukan oleh anak, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan.

Masa holofrase yang berlangsung antara umur 1,0 sampai dengan 2,0 ini ialah masa anak-anak mengucapkan satu kata dengan maksud sebenarnya menyampaikan sebuah kalimat. Kalau seorang anak menyebutkan (cucu) misalnya yang berarti susu maka maksud anak tersebut untuk menyampaikan sebuah kalimat “saya ingin minum susu.” Perlu juga dicatat di sini bahwa walaupun dikatakan bahwa masa holofrase anak mengucapkan sebuah kata, namun tidaklah berarti bahwa kata-kata yang diucapkan oleh anak sudah lengkap. Mungkin saja kata-kata anak itu tidak lengkap seperti ucapan orang dewasa. Juga dapat dinyatakan bahwa bisa saja terjadi pada masa membabel itu anak mengucapkan kata-kata (mirip kata-kata) yang tidak mempunyai makna.

Masa Ucapan Dua Kata (2,0-2,6)

Pada masa ucapan dua kata ini anak berumur 2,0-2,6 tahun. Anak biasanya sudah mulai mampu mengucapkan dua buah kata. Pada awalnya ucapan dengan dua buah kata ini mungkin saja gabungan dari dua buah holofrase seperti (ma) dan (susu) yang berarti: mama sedang membuatkan susu buat saya. Akhirnya barulah mengucapkan dua buah kata yang sebenarnya seperti “mama susu” yang artinya “mama saya minta susu” atau “mama buatkan susu untuk saya”.

Masa Permulaan Tata Bahasa (2,6-3,0)

Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan pemerolehan anak.

Masa permulaan tata bahasa yaitu sekitar anak berumur 2,6-3,0 tahun. Anak tersebut mulai menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang lebih rumit, seperti penggunaan afiksasi. Kalimat-kalimat yang diucapkan pada umumnya adalah kalimat yang hanya berisi kata inti saja dan tidak terdapat kata tugas. Kalimat yang diucapkan anak mirip dengan kalimat telegram. Oleh karena itu, pada masa ini kalimat yang diucapkan anak dinamakan telegraphic sentence (kalimat telegram). Misalnya kalimat: [pa antor] yang berarti “papa pergi ke kantor”. Kata tugas ke tidak diucapkan oleh anak. Begitu juga kalau ada kata-kata tugas yang lain umumnya dihilangkan, seperti halnya orang dewasa membuat kalimat dalam telegram.

Masa Menjelang Tata Bahasa Dewasa (3,0-4,0)

Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalam bahasa terkait.

Pada masa menjelang tata bahasa dewasa anak berumur 3,0-4,0 tahun. Umumnya pada masa ini anak sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang rumit. Dalam pengertian anak telah menggunakan imbuhan (afiks) secara lengkap dan juga mempunyai subjek, predikat, dan objek bahkan keterangan (kalau diperlukan).

Masa Kecakapan Penuh (4,0-5,0)

Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana seperti di bawah ini: “mau nonton sambil makan keripik”, “ mama beli sayur dan kerupuk”, “ayo nyanyi dan nari”. Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada kalimat pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Kemunculan kalimat-kalimat rumit di atas menandakan adanya peningkatan kemampuan bahasa anak.

Anak yang normal telah mempunyai kemampuan berbicara sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya. Anak telah mempunyai kemampuan untuk memahami dan melahirkan (ekspresif) apa-apa yang disampaikan orang lain kepadanya, atau apa-apa yang ingin disampaikannya kepada orang lain dengan baik.

Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang dimana kosa-kata yang digunakan lebih banyak dan rumit. Pada usia 4-5 tahun ini pemahaman anak semakin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosakata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumit mulai digunakan. Sumber : Simanjuntak dan Dardjowidjojo dalam Suhartono (2005:82-84)