Kurikulum dengan Needs Assessment Model

Kurikulum dengan needs assessment model merupakan kurikulum yang dirancang berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan pembelajar. Needs assessment dilakukan agar kurikulum yang dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembelajar.

Pengajar menentukan tujuan pendidikan berdasara pada kebutuhan dasar pembelajar. Dengan melakukan observasi di dalam dan luar kelas, pegajar menaksir kebutuhan-kebutuhan (needs) yang dimiliki setiap individu pembelajar. Kebutuhan-kebutuhan ini akan menjadi tujuan pembelajaran yang akan diperoleh pembelajar.

English dan Kaufman (Ediger, 1986) memaparkan needs assessment dalam perancangan kurikulum sebagai berikut:
Needs assessment is a process of defining the desired end (or outcome, product, or result) of a given sequence of curriculum development....
Needs assessment is a process of making specific, in some intelligible manner, what schooling should be about and how it can be assessed.
Needs assessment is not by itself a curricular innovation, it is a method for determining if innovation is necessary and/or desirable.
Needs assessment is an empirical process for defining the outcomes of education, and as such it is then a set of criteria by which curricula may be developed and compared ....
Needs assessment is a process for determining the validity of behavioral objectives and if standardized tests-and/or criterion-referenced tests are appropriate and under what conditions.
Needs assessment is a logical problem-solving tool by which a variety of means may be selected and related to each other in the development of curriculum.
Needs assessment is a tool which formally harvests the gaps between current results (or outcomes, products) and required or desired results, places these gaps in priority order, and selects those gaps (needs) of the highest priority for action, usually through the 'implementation of a new or existing curriculum or management process.
Dari serangkaian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa needs assessment merupakan penilaian yang dilakukan sebagai upaya, proses dan alat penetapan tujuan pembelajaran, juga merupakan sebuah proses evaluasi program pengajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan program pengajaran yang akan dilakukan.

Kurikulum dengan Needs Assessment Model

Popham (Ediger, 1986) mengajukan tahapan dalam melakukan prosedur needs assessment untuk menentukan tujuan pendidikan yang akan diperoleh pembelajar sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi Tujuan Pendidikan (Identify Educational Preferences)

Dalam mengidentifikasi tujuan pendidikan, yang menjadi rujukan adalah pengajar, pembelajar, orang tua pembelajar, masyarakat dan kelompok lainnya. Sebuah partisipasi yang besar sangat diperlukan dalam membuat keputusan.

Seluruh elemen tersebut harus dilibatkan dalam pengumpulan data. Kuisioner yang telah dirancang sedemikian rupa dapat mengembangkan beberapa tujuan pembelajaran. Hasil jawaban responden dapat mengindikasikan tujuan mana yang utama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Kemudian, hasil dari satu kelompok responden dibandingkan dengan kelompok responden lainnya, atau menjadikan hasil dari responden pembelajar sebagai tujuan-tujuan utama dan hasil kelompok responden lainnya sebagai pembanding.

2. Menetapkan Proporsi Penguasaan (Establish Mastery Proportions)

Pembuat kurikulum selanjutnya menentukan berapa bagian dari pembelajar yang akan menerima tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah tujuan-tujuan pendidikan diurutkan berdasarkan kebutuhan, proporsi pembelajarannya terhadap pembelajar perlu diperhitungkan. Hal ini dilakukan agar materi yang diberikan proporsional atau sesuai porsinya. Hasil dari tahap ini adalah kerangka dasar kurikulum yang merupakan tujuan-tujuan pendidikan yang ideal.

3. Mengidentifikasi Status Pembelajar Pada Terkini (Identify Current Status of Learner)

Dalam tahapan ini, pembuat kurikulum mengidentifikasi berapa persen pembelajar yang telah memperoleh tujuan-tujuan pendidikan yang telah dibuat dalam langkah pertama. Data yang diperoleh pada tahapan ini akan dibandingkan dengan hasil penetapan proporsi pada langkah kedua.

4. Memilih Tujuan Pendidikan Dengan Membandingkan Tujuan Ideal dan Status Pembelajar Terkini (Select Goals by Contrasting Desired with Current Learners Status)

Data yang diperoleh pada tahapan kedua dan ketiga dibandingkan sehingga menghasilkan suatu rancangan kurikulum yang baru berdasarkan analisis kebutuhan seluruh elemen yang berperan dalam proses pembelajaran.

  1. Mengidentifikasi dan memprioritaskan tujuan yang akan datang, dengan menjawab pertanyaan apa yang harus ada (what should be).
  2. Menentukan kondisi dan tujuan yang ada berkaitan dengan pertanyaan apa yang ada (what is).
  3. Mengidentifikasi needs yang merupakan perbedaan (discrepancy) antara harapan yang akan dicapai dengan kondisi yang ada.
  4. Melakukan prioritas terhadap kebutuhan yang paling urgen, laik (feasible) dilaksanakan dan layak (worth) dilakukan.
Adapun jenis-jenis kebutuhan pembelajar menurut Sheperd dan Ragan (Ediger, 1986) yang harus dipahami oleh penyelenggara pendidikan, adalah sebagai berikut.
  1. Kebutuhan fisik (physical needs).
  2. Kebutuhan sosial (social needs).
  3. Peran perkembangan sosial dalam pembelajaran (role of social development in learning).
  4. Pemerolehan status dalam kelompok sosial yang berubah (achieving status in changing social groups).
  5. Berkembang secara bertahap dari ketergantungan ke kemandirian (growing gradually from dependence to independence).
  6. Keamanan dan kepuasan (security and satisfaction).
  7. Penerimaan dan pemberian afeksi (receiving and giving affection).
  8. Mengembangakan keterampilan berkomunikasi yang tepat (developing appropriate communication skills).
  9. Belajar untuk menghadapi realita (learning to face reality).
  10. Kebutuhan intelektual (intellectual needs).