Capaian Pembelajaran merupakan masukan kurikulum yang digunakan oleh satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam merancang pembelajaran sehingga dapat
mencapai STPPA.
Capaian Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di
satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam memberikan stimulasi yang
dibutuhkan oleh anak usia dini.
Stimulasi dirancang dengan cara memperkaya lingkungan yang akan menyuburkan
interaksi anak dengan lingkungan di sekitar, termasuk pendidik dan orangtua.
Kurikulum berdasarkan pendekatan konstruktivistik yang berasal dari teori
Piaget dan Vygotsky juga percaya bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak
dalam interaksi aktif antara diri dan lingkungannya.
Diharapkan proses stimulasi akan memberikan dampak yang optimal pada
peningkatan karakter, keterampilan, maupun pengetahuan anak. Stimulasi
tersebut dilakukan pada semua aspek perkembangan anak, baik dari aspek moral
dan agama, fisik motorik, emosi dan sosial, bahasa, dan kognitif melalui
kegiatan bermain.
Peran guru dan orang tua pada stimulasi anak usia dini selaras dengan
pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua berfungsi sebagai
fasilitator, mentor, dan mitra anak dalam proses perkembangannya. Selanjutnya
guru perlu bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan keselarasan antara
pendidikan di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah dalam
keseharian anak.
Secara umum, dapat dikatakan stimulasi bertujuan agar anak bertumbuh kembang
optimal secara holistik dan siap bersekolah.
Diharapkan mereka kelak membentuk pribadi yang dicita-citakan dalam profil
pelajar Pancasila, yaitu sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Proses membangun
pengetahuan anak terjadi ketika ia sedang bermain dan berinteraksi dengan
lingkungannya secara aktif.
Proses tersebut berupa desain lingkungan belajar yang sesuai dari satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) serta tantangan dan dukungan yang diberikan bagi tiap
anak oleh pendidik untuk memastikan anak memperoleh kemampuan-kemampuan baru.
Bermain bagi anak usia dini adalah belajar, yang didukung dengan masukan dari
orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya (pendidik, orang tua/wali,
saudara yang lebih tua, dan sebagainya). Anak bertindak dari perilaku bermain
dan model yang dicontohkan oleh orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua.
Mereka mengajukan pertanyaan untuk belajar lebih banyak, dan dapat dirangsang
untuk belajar lebih banyak melalui dukungan dari orang dewasa yang terlibat,
atau anak-anak yang lebih tua yang menanggapi minat anak, menjelaskan berbagai
hal, mengajari mereka kata-kata untuk berbicara tentang apa yang mereka
lakukan, dan mendorong anak untuk mengeksplorasi lebih cermat, atau berpikir
lebih dalam.
Bermain secara alami dan spontan yang berasal dari ide-ide anak merupakan
kegiatan belajar yang menyenangkan yang dengan dukungan yang tepat, akan
mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi anak tentang
diri mereka dan dunianya.
Melalui bermain, anak-anak menampilkan hal-hal yang ia ketahui tentang
dunianya yang memberikan kesempatan yang tepat bagi pendidik atau orang
tua/wali, untuk menstimulasi anak mengambil langkah berikutnya, atau mencoba
tantangan berikutnya agar mereka belajar lebih banyak.
Stimulasi bermain yang berkualitas, yang selaras dengan minat anak dan
menantang secara tepat akan memberikan kesempatan kepada anak untuk
menunjukkan pengenalan tentang dirinya sebagai anak Indonesia, dan
mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengeksplorasi, memecahkan masalah,
berpikir dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan
memiliki kesadaran terhadap alam dan lingkungan, serta tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang kreatif, bugar, sehat, serta dapat berkomunikasi dan
berekspresi dengan bahasa dan seni.
Berikut adalah sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian Pembelajaran di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA):