Perkembangan Keterampilan Bahasa

Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan reseptif dan produktif. Keterampilan reseptif terdiri dari keterampilan menyimak untuk bahasa lisan dan keterampilan membaca untuk bahasa tulis (teks). Keterampilan produktif terdiri dari keterampilan berbicara untuk bahasa lisan dan keterampilan menulis untuk bahasa teks.

Keterampilan berbahasa pada murid, dimulai dari berbahasa lisan. Pada awal masa perkembangan murid menyerap bahasa dari bunyi yang diterima. Dari perkembangan struktur dan fungsi otak manusia mulai merespon bunyi sejak di kandungan sekitar usia 5 bulan. Pada saat itu, alat pendengaran janin sudah mulai bekerja.

Dilihat dari fungsi organ pendengaran, dapat dikatakan bahwa bahasa reseptif secara potensial dimulai dari janin.

Ketika bayi lahir, dipastikan ia menangis. Pada saat bayi menangis, ia mengeluarkan suara sebagai indikator organ artikulasi bekerja dengan baik. Organ artikulasi akan memproduksi bunyi untuk berkomunikasi. Sejalan dengan kematangan organ artikulasi murid menyimak aneka bunyi dan mulai membedakan bunyi bermakna. Kemampuan berbicara dimulai dengan produksi bunyi.

Makna bunyi yang pertama diproduksi murid adalah nada. Sejalan dengan perkembangan bicara murid mulai mengucapkan kata yang dimulai dari suku kata, lalu kata sederhana. Saat itulah murid belajar keterampilan menyimak dan berbicara. Inilah yang disebut tradisi kelisanan yang akan menjadi dasar keterampilan berbahasa tulis (teks).

Secara berurut perkembangan keterampilan berbahasa adalah sebagai berikut:

Perkembangan Keterampilan Bahasa 1. Menyimak 2. Berbicara 3. Menulis 4. Membaca

Perkembangan Keterampilan Bahasa
1. Menyimak
2. Berbicara
3. Menulis
4. Membaca

Perkembangan keterampilan dengan urutan ini terjadi mulai dari 0 tahun hingga usia 8 tahun. Berdasarkan urutan perkembangan ini, maka pada awal belajar bahasa murid mulai dari mengenal bunyi. Setiap bahasa memiliki struktur bunyi yang khas.

Demikian juga dengan bahasa Indonesia. Pada saat seseorang belajar berbahasa hal yang pertama dilakukan adalah mengenal karakteristik bunyi bahasa tersebut. Pada Bahasa Indonesia, terdiri dari 6 bunyi vokal tunggal dan 4 gugus vokal (diftong).

Ada 27 bunyi konsonan Bahasa Indonesia.  Bunyi vokal dan konsonan disebut fonem segmental, artinya bunyi yang dapat dibagi-bagi. Karakteristik bahasa Indonesia, unsur suprasegmental berfungsi pada tataran kalimat.

Seseorang berkomunikasi dengan bunyi dilakukan dengan aktivitas berbicara, yaitu proses produksi bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat wicara (organ artikulasi). Rangkain bunyi yang bermakna yang disebut bahasa. Pada saat seseorang berbicara, ia menggunakkan bahasa lisan untuk berkomunikasi.  Bahasa lisan dan verbal (bicara) merupakan ciri manusia yang unik. Kedua kemampuan tersebut juga sangat berkaitan dengan proses berpikir (Sidiarto Kusumoputro, 1992).

Kemampuan berbahasa memenuhi kebutuhan penting lain dalam kehidupan; yaitu kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.

Keterampilan berbahasa terdiri dari reseptif dan ekspresif. Keterampilan bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang memahami pesan lisan. Dalam menyampaikan informasi secara verbal kepada pihak penerima pesan maka pengirim pesan harus memiliki kemampuan berbicara yang baik, yang meliputi ketepatan pelafalan dan penggunaan nada, jeda dan tempo yang tepat. Kemampuan menyampaikan pesan yang tepat ini disebut keterampilan ekspresif. Pada komunikasi tulis tampak pada penggunaan tanda baca dan huruf kapital.

Kemampuan menyampaikan pesan yang tepat ini disebut keterampilan ekspresif. Pada komunikasi tulis tampak pada penggunaan tanda baca dan huruf kapital.

Keterangan:

1. Dari perkembangan struktur dan fungsi otak manusia mulai merespon bunyi sejak di kandungan sekitar usia 5 bulan. Pada saat itu, alat pendengaran janin sudah mulai bekerja. Dilihat dari fungsi organ pendengaran, dapat dikatakan bahwa bahasa reseptif secara potensial dimulai dari janin.

2. Ketika bayi lahir, dipastikan ia menangis. Pada saat bayi menangis, ia mengeluarkan suara sebagai indikator organ artikulasi bekerja dengan baik.

3. Organ artikulasi akan memproduksi bunyi untuk berkomunikasi. Sejalan dengan kematangan organ artikulasi murid menyimak aneka bunyi dan mulai membedakan bunyi bermakna.

4. Kemampuan berbicara dimulai dengan produksi bunyi. Makna bunyi yang pertama diproduksi murid adalah nada. Sejalan dengan perkembangan bicara murid mulai mengucapkan kata yang dimulai dari suku kata, lalu kata sederhana. Saat itulah murid belajar keterampilan menyimak dan berbicara.

5. tradisi kelisanan yang menjadi dasar keterampilan berbahasa tulis (teks)

6. tradisi kelisanan yang menjadi dasar keterampilan berbahasa tulis (teks)