Aksi Nyata Modul 1.4 Diseminasi Budaya Positif Di Sekolah

Budaya positif adalah pembiasaan yang bernilai positif, didalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menunmbuhkan karakter murid, budaya positif perlu dibangun dalam suatu kelas.

Salah satu unsur utama dari budaya positif adalah disiplin positif sebagai salah satu wadah menciptakan budaya positif yang berhubungan erat dengan tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara.

Jika kita mendengar kata “Disiplin”, maka yang akan terbayang adalah peraturan, tata tertib, dan kepatuhan. Ki Hajar Dewantara (2013:470) menyatakan bahwa syarat utama untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini adalah disiplin yang kuat.

Disiplin diri yang dimaksud adalah disiplin diri yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita mememrlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita. Salah satu langkah untuk menimbulkan kembali disiplin positif tersebut adalah dengan membuat keyakinan kelas. Keyakinan kelas dipilih karena setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kjelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. 

Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. untuk itulah diperlukan penciptaan keyakinan-keyakinan dasar bersama di antara warga kelas. Kita sedang berada di Abad 21 sebagai abad informasi, komputasi, otomatisasi, dan Komunikasi. Tentunya akan berdampak pada perubahan proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh pendidik di kelas atau yang sering disebut paradigma pembelajaran abad 21.

Informasi.Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik untuk mencari tahu bukan diberitahu. Guru tidak perlu sepenuhnya memberitahu dengan menceramahi peserta didik dengan informasi yang sebenarnya sudah ada di dalam genggaman mereka tetapi arahkan peserta didik untuk mencari tahu informasi tersebut. Pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam hal merumuskan masalah bukan hanya menyelesaikan atau menjawab masalah.

Pembelajaran yang mampu membina siswa berpikir kritis bukan mekanis. Pembelajaran yang mampu mengembangkan siswa dalam hal berkomunikasi dan berkolaborasi dalam berbagai permasalahan kontekstual yang dihadapinya.

Paradigma yang mengembalikan Semangat guru sebagai Fasilitator dalam Proses Belajar siswa yang Berorientasi pada penguatan kompetensi siswa dan pengembangan Karakter siswa sesuai dengan dimensi Profil Pelajar Pancasila. Guru harus mampu bertransformasi lebih kreatif menuju student Center, bertugas lebih obyektif dalam memerdekakan belajar siswa serta menfasilitasi dan menuntun tumbuh kembangnya segala kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman yang di miliki siswa demi mencapai tujuannya yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi – tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Dalam proses menuntun tersebut, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya. Karena itu guru sebagai pamong harus memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya sendiri.

Oleh karena itu sebagai seorang Pendidik sudah sepatutnyalah bagi kita untuk turut serta mengambil bagian, berkontribusi menjadi agen perubahan dalam menerapkan Paradigma baru ini di sekolah atau di lembaga kita masing - masing.


Baca Selengkapnya :
Murid tidak suka peraturan karena selama ini jika mereka melakukan pelanggaran, maka akan mendapatkan hukuman dan cenderung akan mempermalukan dirinya. Salah satu hal penting yang dapat dilakukan dalam rangka membentuk karakter serta menuntun tumbuh kembang siswa yakni dengan menerapkan Budaya Positif di sekolah. Dan hal ini dapat di lakukan dengan membuat dan menerapkan Keyakinan Kelas dan Segi tiga Restitusi.

TUJUAN

Tujuan budaya positif adalah dapat menumbuhkan sikap bergotong royong. Mampu melakukan kegiatan secara bersama-sama, sehingga tercipta kolaborasi yang baik antar warga sekolah. Adanya rasa peduli satu sama lain.

TOLAK UKUR
1. Terbentuknya Keyakinan Kelas melalui kegiatan kesepakatan kelas oleh guru kelas dan siswa.
2. Siswa mampu menerapkan dan menjalankan keyakinan kelas yang di buat.
3. Penerapan Segi tiga Restitusi.
4. Siswa Mampu menemukan solusi atas masalahnya sendiri.

LINI MASA TINDAKAN.

1. Menghadap Kepala Sekolah untuk menjelaskan pentingnya penanaman Budaya Positif dan Keyakinan Kelas di sekolah, serta meminta izin untuk mendiseminasikan bersama rekan Guru.

2. Mengumpulkan rekan Guru untuk melakukan diseminasi pemahaman materi Budaya Positif ( Keyakinan Kelas & Segitiga Restitusi )

3. Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Guru Kelas yang lain untuk membuat Keyakinan Kelas di kelas masing-masing.

4. Memantau, merefleksi, dan mengevaluasi Keyakinan Kelas yang telah dibuat.

1. MENYUSUN KEYAKINAN KELAS.
  • Menanyakan pandangan dan pendapat murid tentang masalah dan harapan kelas
  • Eksplorasi ide dari murid untuk mencapai kelas impian. ...
  • Mengambil kesimpulan dari pendapat murid
  • Merubah pendapat  menjadi keyakinan kelas
  • Menyekapati dan menandatangani kontrak keyakinan kelas.
2. KEYAKINAN KELAS DAN SEGI TIGA RESTITUSI.

Keyakinan kelas adalah sesuatu yang diyakini dan disepakati bersama yang berasal dari penyatuan pikiran dan pendapat untuk menjadi nilai-nilai kebaikan untuk diturunkan di kelas-kelas.Keyakinan kelas ini bermuara pada budaya positif dikelas, dengan keyakinan kelas yang disepakati maka akan terbiasa dengan hal-hal yang positif yang pada akhirnya akan menjadi motivasi intrinsik pada diri anak untuk melakukan sesuatu yang baik.

3. DISEMINASI BUDAYA POSITIF.

Pada tahap kegiatan ini merupakan pengimbasan budaya positif pada rekan guru di sekolah. Supaya  kegiatan dapat terlaksana dengan lancar, maka sebelumnya terlebih dulu kita lakukan Sosialisasi dan koordinasi kegiatan dengan rekan guru dan juga minta ijin atasan dalam hal ini Kepala Sekolah.

4. EVALUASI DAN REFLEKSI

Pada tahap  evaluasi ini, apakah aksi nyata yang telah dilaksanakan apakah sudah berjalan dengan baik atau masih harus disempurnakan. Guru juga meminta umpan balik kepada murid terhadap pelaksanaan aksi nyata yang telah dilasanakan dan membuat program perbaikan untuk ke depannya yang lebih baik. Pada tahap ini mengevaluasi secara menyeluruh apa yang telah di laksanakan. Hal yang baik untuk dipertahankan dan di tingkatkan, sedangkan yang masih belum maksimal dapat di kuatkan lagi agar ke depan bisa lebih maksimal.

DUKUNGAN YANG DI BUTUHKAN.
Dukungan, kerjasama dan kolaborasi sesama teman menjadi suatu keharusan dan sangat penting dalam rangka keberhasilan dan hebat secara bersama-sama. Karena kita tidak diharapkan menjadi hebat sendirian, tentu sangat penting hebat bersama dengan cara kolaborasi dan dukungan dalam setiap berkegiatan. Demikian pula dalam hal penerapan budaya positif di sekolah sangatlah dibutuhkan dukungan dan kerjasama semua stakeholder maupun pihak terkait ( warga sekolah ) mulai dari Kepala Sekolah, Komite, Wali Murid, Guru dan Tenaga kependidikan serta Siswa. Dengan adanya kerjasama dan dukungan tersebut di yakini akan tercipta progres berkesinambungan sehingga pada akhirnya menciptakan lingkungan positif dengan budaya positif bagi semua warga sekolah khususnya siswa.

HAMBATAN YANG DI HADAPI.
Sejalan dengan kegiatan CGP tidak dipungkiri kegiatan sekolah baik kegiatan akademik ataupun non akademik secara bersamaan sama-sama padat ini sedikit menyita waktu dan fikiran untuk bisa sama-sama jalan.namun kendatipun akan menjadi hambatan namun bisa dapat menyelesaikannya ini semua tidak karena berkat dukungan dan motifasi dari kepala sekolah dan juga teman-teman sejawat.

HARAPAN DAN EKSPEKTASI.
Budaya Positif yang sudah menjadi konsen dan fokus kita benar-benar bisa diterapkan disekolah sehingga demikian dapat menciptakan lingkungan yang kondusif, aman dan nyaman bagi siswa dalam proses dalam rangka menemukan potensi diri dan kekuatan kodratnya sehingga mencapai keselamatam dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

DOKUMENTASI
  • Perencanaan
  • Rancangan Tindakan Aksi Nyata
  • Sosialisasi dan meminta izin kepada Kepala Sekolah
  • Sosialisasi kepada rekan kerja/ wali kelas
  • Pelaksanaan
  • Sosisalisasi mengenai konsep keyakinan kelas kepada murid
  • Murid menulis curah pendapat mengenai kelas impian dan menempelkan di papan tulis
  • Keyakinan kelas ditempel di dinding kelas