Penerapan HOTS pada Aritmatika Sosial

Penerapan HOTS pada Aritmatika Sosial
Foto:istockphoto.com

Kata Aritmatika berasal dari bahasa Yunani Arithmetic yang memiliki arti seni berhitung dan juga dari kata Arithmos yang memiliki arti angka.

Aritmatika sosial adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang penerapan operasi dasar bilangan dalam sebuah permasalahan yang memiliki erat kaitannya dengan lingkungan masyarakat dan lebih khusus lagi dalam lingkungan siswa sehari- hari.

Aritmatika sosial merupakan penerapan aljabar pada kegiatan ekonomi. Aljabar digunakan untuk mengetahui (1) nilai keseluruhan, nilai per unit dan nilai sebagian, (2) harga pembelian, harga penjualan, untung, dan rugi, (3) presentase keuntungan dan kerugian, (4) rabat, bruto, tara dan neto, (5) bunga tunggal dan pajak.

Kegiatan jual beli yang sudah sangat umum terjadi dan dilakukan oleh siswa tidak memberikan dampak yang signifikan dalam pembelajaran aritmatika sosial di sekolah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang kesulitan untuk memahami dan menyelesaikan soal aritmatika sosial di sekolah, padahal penerapan materi aritmatika sosial pada kegiatan jual beli merupakan kegiatan yang sangat sering dilakukan siswa pada kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian Dila & Zanthy menunjukkan ada tiga jenis kesulitan yaitu:
  1. Kesulitan aspek bahasa, misalnya siswa sulit memahami atau menafsirkan soal dan tidak dapat menceritakan kembali maksud soal menggunakan bahasa sendiri
  2. Kesulitan aspek prasyarat, misalnya siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, serta kurang memahami konsep sehingga sulit menentukan rumus yang digunakan; dan
  3. Kesulitan aspek terapan, misalnya siswa tidak dapat melakukan perhitungan dengan tepat, dan tidak memberikan kesimpulan jawaban.
Hasil yang diperoleh oleh Nuraeni dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal aritmatika sosial, yaitu:
(1) kesalahan dalam konsep;
(2) penyusunan model matematika; dan
(3) penulisan simbol- simbol matematika.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Evijayanti & Khotimah diperoleh hasil bahwa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial teridentifikasi menjadi tiga macam kesulitan yang dilakukan siswa, yaitu:
(1) memahami soal
(2) membuat pemodelan matematika; dan
(3) proses penyelesaian. 

Faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah siswa tidak secara seksama membaca soal teks yang panjang, motivasi belajar siswa yang kurang, siswa terbiasa menghafal rumus dibandingkan memahami konsep, siswa kurang mengerjakan latihan-latihan soal, masih melakukan kesalahan dalam proses perhitungan, proses pembelajaran di kelas kurang kondusif dan penggunaan metode pembelajaran yang belum bervariasi.

Sejalan dengan beberapa penelitian tersebut, Salikhah juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika social, yaitu:
(1) kesulitan dalam melakukan algoritma penyelesaian soal
(2) kesulitan dalam memahami konsep untung atau rugi jika dikaitkan dengan harga beli dan harga jual
(3) kesulitan dalam memahami konsep diskon.

Anomali yang telah ditemukan dari beberapa penelitan tersebut dapat diatasi dengan mulai membiasakan dan melatih siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Guru sebagai fasilitator diharapkan dapat menjembatani proses ini.

Guru berperan untuk mengakomodir proses pemahaman siswa dalam menghubungkan atau mengaitkan materi aritmatika sosial di sekolah dengan kegiatan jual beli yang sudah sering dilakukanoleh siswa dalam kehidupan nyata.

Proses asimilasi materi aritmatika sosial yang siswa dapatkan di sekolah dengan pengalaman konsep kegiatan jual-beli yang sudah sering mereka lakukan dapat memicu terjadinya proses pemikiran tingkat tinggi yang selama ini terus diupayakan dan dikembangkan