Aspek yang Mempengaruhi Studi Kelayakan Bisnis

Aspek yang Mempengaruhi Studi Kelayakan BisnisAspek yang Mempengaruhi Studi Kelayakan Bisnis

Aspek yang Mempengaruhi Studi Kelayakan Bisnis

Ada dua aspek yang mempengaruhi studi kelayakan bisnis yaitu : aspek finansial dan aspek non finansial :

Aspek Finansial

Menurut Kasmir dan jakfar (2003:p89) aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai perusahaan secara keseluruhan. Terdapat beberapa hal yang harus dianalisis yaitu:

A. Aliran kas (Cash Flow)

Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena arti laba dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi investor yang justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini menjadi wajar karena hanya dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban
keuangannya. Menurut Husein Umar (2005:p180), kas mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash Flow yang berhubungan dengan pengeluaran untuk investasi.

Operational Cash Flow yang biasanya mempunyai selisih neto yang positif yang dapat dipakai untuk mencicil pengembalian investasinya, dan Terminal Cash Flow yang merupakan aliran kas dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal.

B. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Nilai Net Benefit Cost Ratio menggambarkan tingkat perbandingan keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek.Apabila Net Benefit Cost Ratio lebih besar dari 1 maka proyek tersebut dinyatakan layak untuk dilanjutkan karena menguntungkan (Pasaribu 2012).

Payback Period Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:p101) metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun.

Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri).

C. Net Present Value

Terdapat beberapa pengertian dalam Metode Net Present Value yaitu sebagai berikut :
Menurut Syafaruddin Alwi (2001:p163), “Net Present Value” merupakan model yang memperhitungkan pola cash flows keseluruhan dari suatu investasi, dalam kaitannya dengan waktu, berdasarkan Discount Rate tertentu. Menurut Bambang Riyanto (2001:p126), “Present Value” menunjukan beberapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu dimasa yang akan datang.

Rumus dalam Metode Net Present Value adalah : Net Present Value = PV Proceed – PV Outlay

D. Profitability Index

Definisi dari Profitability Index menurut beberapa ahli. Definisi-definisi dari para ahli tersebut antara lain : Menurut Chaerul D.Djakman (2000:p312), “Indeks keuntungan atau biaya adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya” Kriteria nilai bersih sekarang investasi memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran relatif dari keutungan bersih masa depannya terhadap biaya awal.

Menurut Bambang Riyanto (2001:p126), rumus yang digunakan dalam Profitability Indeks adalah :

Profitability Indeks = PV Proceed / PV Outlays

Menurut Chaerul D.Djakman (2000:p313), kriteria keputusan dengan menggunakan indeks keuntungan adalah menerima proyek jika Profitability Index
lebih besar atau sama dengan 1,00 dan menolak proyek jika Profitability Index kurang dari 1,00.

E. Internal Rate of Return

Devinisi dari IRR menurut beberapa ahli. Definisi-definisi dari para ahli tersebut antara lain :Menurut Syafaruddin Alwi (2001:p173), “Prinsip dari konsep IRR adalah bagaimana menentukan discount rate yang dapat mempersamakan Present Value of Proceed dengan Outlay”.

Menurut Chaerul D. Djakman (2000:p173), “Teknik anggaran modal yang mencerminkan tingkat pengendalian yang menyeimbangkan nilai masukan sekarang dengan keluaran sekarang”. Pada dasarnya Internal Rate of Return harus dicari dengan cara “Trial and Error”, pertama kita menghitung nilai sekarang dari aliran kas dari suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian dari hasil hitungan itu dibandingkan dengan jumlah nilai sekarang dari outlaynya.

Kalau kita sekarang dari Proceed lebih besar dari nilai sekarang dari Investasi atau Outlaynya, kita harus mengunakan tingkat bunga yang lebih tinggi lagi.sebaliknya kalau kita sekarang dari Proceed lebih kecil dari jumlah nilai sekarang outlaynya kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara demikian terus kita lakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang bisa dijadikan nilai sekarang dari Outlay-nya.

Pada tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya Internal Rate of Return dari usul investasi tersebut,cara ini dinamakan interpolasi Dimana ; r = Internal Rate of Return yang dicari P1 = Tingkat bunga ke- 1 P2 = Tingkat bunga ke- 2 C1 = NPV ke- 1 C2 = NPV ke- 2

Aspek Non Finansial

A. Aspek Sosial dan Ekonomi
Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negative ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang ditimbulkan nantinya sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian.

Secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya suatu usaha atau investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2003:pp201-203) antara lain:
  1. Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga.
  2. Menggali, mengatur, dan menggunakan ekonomi sumber daya alam.
  3. Meningkatkan perekonomian pemerintah baik lokal maupun regional.
  4. Pengembangan wilayah.
Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu proyek atau investasi antara lain menurut Kasmir dan jakfar (2003:pp203-204):
  1. Adanya perubahan demografi
  2. Perubahan budayaPerubahan kesehatan masyarakat
B. Aspek Pemasaran
Aspek pasar dalam studi kelayakan bisnis dan investasi membahas besarnya permintaan, penawaran dan harga. Permintaan dan penawaran dilakukan dengan menggunakan metode proyeksi selama beberapa tahun kedepan.Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyerapan pasar, sehingga tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menurunkan harga.

C. Aspek Teknis/Operasi
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:p151) secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi yaitu:
  1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.
  2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
  3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya.
  4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
  5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang.
D. Aspek Manajemen dan SDM
Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut (Subagyo, 2007:p159):
  1. Job Analysis, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk menyelesaikan jenis pekerjaan tertentu.
  2. Job Specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
  3. Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan, dan struktur pertanggungjawaban.
  4. Job Description, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu.
  5. Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis struktural dan fungsional.
  6. Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, produktivitas, dan kinerja karyawan secara keseluruhan.
E. Aspek Lingkungan Industri
Menurut Umar dalam bukunya competitive strategy yang dikemukakan oleh Michael E. Porter, dimana konsep tersebut menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing.

1) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis
Persaingan antara perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh satu perusahaan mungkin akan mendapatkan serangan balasan seperti menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambahkan fitur, menyediakan jasa, memperpanjang garansi, meningkatkan promosi dan pembaharuan kemasan.

Menurut Porter yang dikutip Umar (2005:p270), tingkat persaingan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
  • Jumlah kompetitor
  • Tingkat pertumbuhan industri
  • Karakteristik produk
  • Biaya tetap yang besar
  • Kapasitas
  • Hambatan keluar
2) Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru
Pendatang baru dalam suatu industry akan membawa kapasitas baru, inovasi baru, modal baru, pemasaran yang baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar. Akibatnya, harga dapat menjadi turun atau biaya menjadi semakin tinggi sehingga akan mengurangi profitabilitas.

Ancaman masuknya pendatang baru bergantung pada rintangan masuk dan reaksi pesaing yang sudah ada dalam mengantisipasi pendatang baru. Jika pendatang baru merasakan kesulitan bersaing terhadap pesaing yang telah ada, maka ancaman dari pendatang baru akan rendah.

Menurut Umar (2005:p268) terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, sebagai berikut:
  • Skala ekonomi
  • Diferensiasi produk
  • Kecukupan modal
  • Biaya peralihan
  • Akses ke saluran distribusi
  • Ketidak unggulan biaya independen
  • Peraturan pemerintah
3) Potensi Pengembangan Produk Substitusi
Persaingan tidak hanya terjadi pada perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis, namun perusahaan juga bersaing dengan perusahaan yang memproduksi produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga maksimum yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pembatasan laba industri.Produk pengganti seringkali timbul dengan cepat ketika suatu perkembangan meningkatkan persaingan di industri mereka, dan menyebabkan penurunan harga atau perbaikan kinerja.

4) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawarnya terhadap para pemain dalam industri, dengan menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk yang ditawarkan, hal ini memberikan kekuatan pada pemasok untuk menaikan harga. Namun bila banyak pemasok untuk suatu jenis barang, maka biasanya daya tawar pemasok semakin kecil.

Menurut Umar (2005:p272), pemasok akan kuat apabila beberapa kondisi berikut :
  • Jumlah pemasok sedikit
  • Produk/pelayanan yang ada adalah untuk dan mampu menciptakan switching cost yang besar.
  • Tidak tersedia produk subtitusi
  • Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
  • Perusahaan hanya membeli dalm jumlah yang kecil dari pemasok.
5) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan meminta penurunan harga, tawar-menawar terhadap mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing.Kekuatan dari tiap-tiap pembeli yang penting dalam indsutri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis pembeli tersebut.

Menurut Umar (2005:p272), ada beberapa kondisi yang dapat memperkuat tawar menawar pembeli, yaitu :
  • Pembeli membeli dengan jumlah besar
  • Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan
  • Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
  • Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehinga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis.
  • Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan mudah mencari subsitusinya.
F. Aspek Hukum

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:p24) tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan lembaga yang mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang bersangkutan. Penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi.

Menurut Ahmad Subagyo (2007:p167) usaha dalam bentuk apapun memerlukan keabsahan legalitas karena faktor ini yang menentukan keberlanjutan hidupnya. Sebelum melakukan investasi di suatu daerah atau wilayah, pada saat menganalisis aspek-aspek studi kelayakan, maka terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pra-penelitian yang berlaku di daerah atau wilayah tersebut, agar tidak terjadi kerugian dikemudian hari, apabila ternyata di daerah/wilayah tersebut melarang bentuk usaha yang dimaksud.