Model Vocational Kurikulum

Model Vocational Kurikulum

Vocational Model Curriculum merupakan jenis kurikulum yang digunakan dalam mengembangkan vocational skill, yaitu kemampuan-kemampuan yang mengarah pada praktik kerja, keterampilan profesional ataupun kejuruan. Model ini biasa dipakai pada jenis pendidikan kejuruan.

Marsh (Crawley, 2006) mengkarakterisasikan kurikulum vocasional model sebagai berikut:
  • Secara pengalaman berdasar dalam cakupan content (isi) dan metode pengajaran.
  • Relevan secara langsung terhadap kebutuhan pembelajar.
  • Berfokus pada core skills (keterampilan-keterampilan inti).
Orientasi kurikulum vocasional model adalah sebagai berikut.
  • Lebih cenderung eksplisit dalam hasil.
  • Seleksi content (isi) mendapatkan input dari industri, pemerintah dan masyarakat seperti para pendidik.
  • Berorientasi pada student-centred learning.
  • Secara tipikal berdasar pada unit-unit kecil, diakui atau dinilai secara terpisah.
Dalam vocational model, sudut pandang kognitif menitikberatkan kapasitas performa manusia pada organisasi (pengaturan), seleksi (pemilihan) dan aplikasinya (penerapannya), dan menegaskan keahlian sebagai fungsi cepat dan cerdas dari struktural individu. Wilayah aktivitas manusia (seperti jenis pekerjaan dan disiplin akademik) diajukan sebagai dasar organisasi, seleksi dan aplikasi ilmu pengetahuan.

Dengan kata lain, kurikulum vocational model menitikberatkan pada aktivitas dan praktik daripada teori semata.

Crawley (2003) mengajukan beberapa level dari vocational model yang diadaptasi dari tahapan sosiogenesis sebagai berikut.

1. Tahapan Konsep dan Prosedur (Phylogenetic)
Dalam tahapan ini, materi pengajaran berupa konsep-konsep pembimbingan dasar dan prosedur yang spesifik mengenai bidang-bidang vokasional yang akan dipelajari.

2. Tahapan Praktek Sosiokultural (Sosiocultural Practice)
Dalam tahapan ini, materi pengajaran berupa praktek dengan landasan kebutuhan kultural dan hubungannya dengan sosial. Dengan kata lain, praktek dalam tahapan ini adalah praktek pengenalan bidang vokasianal yang akan berperan dalam masyarakat.

3. Tahapan Praktek Tersituasi (Situated Practice)
Tahapan ini mencakup bagaimana praktek sosiokultural berlanjut dalam sebuah sistem aktivitas, negosiasi dan interaksi lokal, dan pengurutan tugas-tugas (Task Ordering) lokal dan artefak (hasil konkrit budaya), sehingga mendapatkan bentuk pengetahuan tertentu secara istimewa dan khusus. 

Tujuan dari pendidikan vokasional diterapkan dalam praktek. Misalnya, operasi pada bidang kedokteran, pengajaran bahasa dalam pendidikan bahasa, dan sebagainya.

4. Tahapan Interaksi dan Perkembangan Mikrogenetik (Microgenetic Interactions and Development)
Pada tahapan ini, materinya berupa konstruksi pengetahuan yang didapat secara sosial dari individu melalui pemecahan masalah yang rutin maupun nonrutin, yang mengubah dan turut mengkonstruksi pengetahuan (appropriation). Misalnya dalam pengajaran bahasa asing, pembelajar dikenalkan pada situasi yang bermasalah seperti adanya miss-communication, dan dilatih untuk dapat menguasai dan memecahkan masalah tersebut.

5. Perkembangan Ontogenetik (Ontogenetic Development)
Produk atau output dari perkembangan mikrogenetik berkontribusi terhadap perkembangan ontogenetik individu, yaitu (1) riwayat hidup seorang individu, dan (2) perubahan dalam berpikir dan berperilaku dalam riwayat hisup individu. Dengan kata lain, materi pengajaran pada tahapan ini sudah mencapai level tertinggi, yaitu langsung merujuk pada aktivitas pencapaian tujuan. Tujuan yang dimaksud di sini adalah tujuan ideal dari sebuah kurikulum vocational model.