Konsep Miskonsepsi Implementasi Literasi dalam Pembelajaran

Masalah implementasi literasi dalam pembelajaran masih sering menjadi bahan keraguan, perbedaaan, bahkan perdebatan di kalangan guru dan tenaga kependidikan.

Mengacu pada perspektif literasi yang telah dibahas di Modul 1, mari kita renungkan kembali beberapa anggapan keliru yang masih umum terdapat dalam implementasi pembelajaran, yaitu:
  1. Literasi harus diajarkan secara terpisah.
  2. Pembinaan keterampilan terkait bacaan dan praktik berbudaya yang yang menjadi ciri penguasaan literasi cukup hanya dengan mewajibkan peserta didik membaca 15 menit dalam sehari.
  3. Literasi hanya terkait dengan pelajaran Bahasa Indonesia (literasi membaca), pelajaran Matematika (literasi numerasi), dan pelajaran IPA (literasi sains) saja.
  4. Semakin banyak konsep pengetahuan yang diberikan pada peserta didik akan menjamin tercapainya tuntutan penguasaan literasi.
Untuk jenjang SMP, pembinaan literasi sebenarnya telah didorong salah satunya dengan rekomendasi penerapan model-model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning dalam Kurikulum Nasional. Jadi, dalam pembelajaran di Indonesia seharusnya tidak ada perbedaan, apalagi pertentangan, antara pengembangan kompetensi dalam kurikulum yang sedang diberlakukan dengan implementasi pengembangan literasi.

Hal yang harus menjadi penekanan dalam pengembangan literasi adalah selalu mengaitkan tuntutan kompetensi dengan hal-hal kontekstual yang sesuai dengan usia dan kebutuhan peserta didik dalam kehidupannya.

Konsep Miskonsepsi Implementasi Literasi dalam Pembelajaran. Strategi Implementasi Literasi dalam Pembelajaran di SD


Konsep Implementasi Literasi pada Pembelajaran di SD

Sejak 2015 digulirkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), kecakapan literasi keberlangsungannya dilakukan dalam tiga tahap.  Pertama melalui tahap pembiasaan, kedua adalah tahap pengembangan dan ketiga tahap pembelajaran. Tahap pembiasaan dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca siswa.

Tahap pengembangan dilaksanakan disertai dengan kegiatan tindak lanjut setelah membaca. Tahap pembelajaran dilaksanakan dengan strategi membaca tertentu dalam kegiatan pembelajaran

Strategi Implementasi Literasi dalam Pembelajaran di SD

Bapak Ibu Guru implementasi  pembelajaran  kecakapan  literasi pada  peserta didik di jenjang sekolah dasar, dipastikan memberi pengaruh pada tingkatan penguasaan dan keberhasilan kecakapan literasi di jenjang berikutnya. Oleh karena itu peran dan keterampilan  guru di jenjang sekolah dasar sangat penting dalam melatih dan menumbuhkembangkan kecakapan literasi.

Pembelajaran berbasis kecakapan harus dilakukan secara konsisten. Apalagi di jenjang sekolah dasar. Karena kecakapan literasi bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, namun  juga dapat mengasah daya nalar dan sikap kritis siswa yang berguna untuk semua mata pelajaran.

Berikut 5 (Lima) strategi untuk pemahaman bacaan yang diambil dari buku “Strategies that Work” karya Stephanie Harvey dan Anne Gouvis:

1. Membuat Hubungan 
- Teks dengan Diri
- Teks dengan Teks lain
- Teks dengan Dunia luar

2. Mengajukan pertanyaan
- Sebelum Membaca
- Saat sedang Membaca
- Sesudah Membaca

3. Membuat Visualisasi
- Membuat gambar dari teks yang dibaca

4. Mencari yang Tersirat (Inferensi)
- Menyimpulkan dari fakta-fakta yang ada dalam sebuah teks menjadi sebuah pernyataan baru.

5. Menentukan yang penting
- Mencari poin-poin penting dari sebuah teks.
- Dibuatkan Teks baru
- Diwujudkan dalam Peta Konsep/skema hal-hal penting teks tersebut atau pokok dan pendukung

Dari Lima strategi tersebut, mari kita pelajari lebih lanjut strategi yang pertama yakni menghubungkan teks. Apa itu menghubungkan teks dan bagaimana implementasinya.