Faktor Yang Dapat Menyebabkan Erosi dan Limpasan Permukaan

Ada pun uraian faktor-faktor yang dapat menyebabkan erosi dan limpasan permukaan (iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia), adalah sebagai berikut:

1. Faktor iklim
Faktor iklim yang penting dalam proses erosi curah hujan dan suhu. Karena curah hujan dan suhu tidak banyak berbeda di tempat tempat yang berdekatan, maka pengaruh iklim terhadap sifat-sifat tanah baru dapat terlihat jelas bila dibandingkan daerah-daerah yang berjauhan dan mempunyai iklim yang berbeda nyata. Pengaruh iklim dalam proses erosi dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung misalnya dalam proses pelapukan, pencucian, translokasi, dan lain-lain.

Sedang pengaruh tidak langsung terutama adalah melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi (Nursa’ban, 2006). Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-butiran hujan yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregatagregat tanah yang diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujan hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi (Fitria, Sakka, Samsu, 2012).

Pada intensitas 80 mm/jam erosi yang terjadi pada tanah uji lebih besar dibandingkan dengan intensitas 60 mm/jam. Hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas hujan maka tanah akan menerima semakin banyak air hujan yang jatuh sehingga erosi yang terjadi juga semakin besar (Sucipto, 2007).

2. Topografi
Faktor topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang dan kecuraman lereng. Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan volume air permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam saluran-saluran (sungai), atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan (datar) sehingga kecepatan dan volume dipencarkan ke berbagai arah (Triwanto, 2012).

Panjang lereng berperan terhadap besarnya erosi yang terjadi, semakin panjang lereng maka semakin besar volume aliran permukaan yang terjadi. Kemiringan lereng memberikan pengaruh besar terhadap erosi yang terjadi, karena sangat mempengaruhi kecepatan limpasan permukaan. Makin besar nilai kemiringan lereng, maka kesempatan air untuk masuk kedalam tanah (infiltrasi) akan terhambat sehingga volume limpasan permukaan semakin besar yang mengakibatkan terjadinya bahaya erosi (Dewi, Ni Made, Tatiek, 2012).

Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai erodibilitas suatu tanah (Bukhari, Kemala, Alinda, 2015).

3. Vegetasi
Dalam penelitian Widianto, Didik, Herman, Rudi, Pratiknyo, Meine (2002) menyatakan bahwa penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang habis mengakibatkan kerusakan tanah khususnya di lapisan permukaan dengan ditandai antara lain penurunan kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan jumlah ruangan pori makro. Kerusakan menjadi semakin parah setelah beberapa tahun karena minimnya perlindungan terhadap permukaan tanah. Kandungan bahan organik terus menurun karena proses pelapukan semakin cepat, hilang terangkut bersama erosi dan tidak adanya vegetasi yang memberikan seresah sebagai tambahan sumber bahan organik tanah.

Pada periode ini bisa terjadi peningkatan limpasan permukaan dan erosi dibanding keadaan sebelumnya. Dalam skala lebih luas (kawasan) akumulasi limpasan permukaan yang besar dari petak-petak kecil membentuk luapan aliran permukaan yang sangat besar berupa banjir. Hal seperti ini telah terjadi di berbagai daerah (khususnya di Pulau Jawa) pada awal tahun 2002 yang lalu yang bisa dihubungkan dengan penebangan habis pepohonan dari berbagai lahan hutan maupun perkebunan secara besar-besaran selama tahun 1999-2001.

Menurut Sallata (2013) menerangkan bahwa Keberadaan tegakan pinus kelas umur tua lebih berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah dengan implikasi meningkatnya kapasitas infiltrasi tanah yang diperlukan dalam menjaga kestabilan wilayah DAS. Peran tegakan pinus terhadap erosi tanah dan aliran permukaan sangat ampuh, karena pada umumnya lapisan bawah tertutup dengan guguran daun pinus yang terkenal lambat terurai, sehingga dapat melindungi permukaan lahan dari pukulan langsung air hujan ataupun aliran permukaan. Di sisi lain lapisan guguran daun pinus yang kadang menumpuk tebal menyebabkan kemasaman tanah turun

4. Tanah
Ada pun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah. Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbedabeda. Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah
(1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan
(2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur, terhadap dispersi, dan penghancuran agregat tanah oleh tumpukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad, 2012).

Menurut Ashari (2013) menerangkan bahwa Nilai erodibilitas tanah ditentukan oleh berbagai faktor. Tekstur berkaitan dengan kapasitas infiltrasi serta kemudahan tanah untuk terangkut pada saat terjadi erosi. Bahan organik selain menyuburkan tanah juga memperkuat agregat tanah. Struktur merupakan susunan saling mengikat antar butir tanah, sehingga semakin kuat struktur maka semakin tahan terhadap erosi. Permeabilitas berkaitan dengan kemampuan tanah dalam meloloskan air Tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh terhadap nilai Indeks Erosi, sedangkan nilai Indeks Erosi tidak dapat ditunjukkan hanya dengan permeabilitas tanah. Dimana, semakin besar persentase tekstur tanah debu (silt), maka semakin besar pula nilai indeks erosi dan semakin kecil persentase tekstur tanah liat (clay) maka semakin besar nilai Indeks Erosi, sedangkan untuk persentase tekstur tanah pasir (sand) tergantung dari komposisi tekstur tanah debu (silt) dan tekstur tanah liat (clay).

Selain itu, semakin besar persentase kandungan bahan organik tanah maka semakin kecil nilai indeks erosi (Sulistyaningrum, Liliya, Bambang, 2014).

Menurt Arifin (2010) menerangkan bahwa sifat fisik yang dipengaruhi oleh bahan organik dalam kaitannya dengan erodibilitas tanah adalah struktur, tekstur dan permeabilitas tanah. Pengelolaan tanah yang intensif secara terus menerus tanpa mengistirahatkan tanah dan tanpa penambahan bahan organik berakibat merusak struktur tanah. Selanjutnya berakibat pada permeabilitas tanah.

Pada tanah tertentu permeabilitas tanahnya menjadi lambat. Permeabilitas lambat dan laju infiltrasi yang rendah mengakibatkan tingginya limasan permukaan yang pada akhirnya mempertinggi limpasan permukaan dan berakibat pada meningkatnya kehilangan tanah (erosi). Tanah dengan partikel tanah berukuran besar akan tahan terhadap erosi karena sukar diangkut, sedangkan tanah yang didominasi oleh partikel yang berukuran halus peka terhadap erosi karena adanya pengikisan bahan semen oleh hujan. Jadi tanah yang mudah tererosi adalah tanah berdebu.

5. Manusia
Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau gembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah (Suripin, 2002).

Proses pembukaan lahan yang tidak terkendali akan berimplikasi pada meningkatnya resiko terjadinya erosi. Penyebab utama terjadinya erosi adalah penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan fungsinya serta tingkat kepekaan tanahnya yang sangat peka terhadap erosi. Kerusakan lahan yang terjadi karena tingkat kepekaan tanah yang cukup tinggi terhadap erosi akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi (Suriadikusumah dan Ganjar, 2010).

Kebiasaan masyarakat untuk menetapkan awal bercocok tanam pada bulan dengan curah hujan tinggi, baik untuk persawahan, perladangan maupun perkebunan. Hal ini dapat dicermati bahwa pada awal musim tanam area vegetasi penutup lahan (vegetal cover) menjadi berkurang, sehingga lahan yang tidak memiliki vegetasi rentan terhadap bahaya erosi (Tunas, 2005). Semakin luas lahan petani maka erosi yang ditimbulkan juga semakin besar (Yuliani, 2015).

Kegiatan perladangan dengan kebiasaan membakar areal penanaman yang berulang-ulang akan dapat merusak permukaan tanah baik terhadap kehilangan organik maupun erosi tanah. Kegiatan pengelolaan hutan seperti penebangan, penyadaran, pembuatan jalan, parit dan base camp harus mendapat perhatian khusus dalam melestarikan sumberdaya hutan. Demikian pula sektor pembangunan lainnya seperti bangunan jaringan jalan, pertambangan, pertanian, transmigrasi serta pemukiman yang menggundulkan permukaan tanah (Triwanto, 2012).